Sampah Organik dan Kesadaran Kecil dari Rumah

Tulisan ini jadi tulisan pertama saya sejak terakhir nulis di tahun 2022. Rasanya kayak nemuin lagi semangat yang sempat hilang — semangat buat berbagi. Dan kali ini, saya mulai dari hal sederhana yang dekat banget sama kehidupan sehari-hari: sampah organik.

Sebelum tulisan ini benar-benar rilis, saya sempat ngobrol santai dulu sama salah satu engineer di PT Excellent. Obrolannya ngalir aja — mulai dari pentingnya nulis secara konsisten, berapa kali idealnya nulis dalam seminggu, sampai gimana caranya milih topik, karena saya sudah berkeluarga, mungkin untuk saat ini cukup satu tulisan seminggu dulu ya :). Dari situ saya mulai nyusun ulang niat buat mulai nulis lagi. Dan topik pertama yang saya pilih adalah soal kelola sampah organik di rumah.

Kenapa Tiba-tiba Kepikiran Bahas Soal Sampah Organik?
Sebenernya, ini bukan ide yang datang tiba-tiba. Beberapa kali Owner Perkebunan Zeze Zahra di Karawang, tepatnya di Batujaya. Beliau sering nyebut soal video-videonya Pak Bayu Diningrat di YouTube. Salah satu yang cukup menarik perhatian saya adalah video tentang “10 ayam bisa jadi miliarder” — di situ dijelaskan gimana limbah rumah tangga bisa diolah jadi pakan ayam. Simpel banget idenya, tapi dampaknya besar.

Tapi saya nggak langsung fokus ke bagian “miliardernya” — kayaknya itu tujuan yang terlalu besar untuk saat ini. Biar itu jadi harapan dan cita-cita dulu. Justru yang bikin saya kepikiran adalah soal makanan yang sering terbuang percuma. Berapa sering sih kita buang sisa nasi, kulit buah, sayur layu, atau makanan yang udah kelewat tanggal? Padahal kalau diolah, itu semua masih bisa dimanfaatkan. Dari situlah saya mulai mikir: mungkin udah saatnya mulai serius ngelola sampah — terutama yang paling sering muncul di rumah, yaitu sampah organik.

Emang Sampah Organik Itu Apa Sih?
Sampah organik adalah jenis sampah yang berasal dari bahan-bahan alami dan bisa terurai secara alami juga. Biasanya berasal dari sisa makanan atau bahan dapur yang kita hasilkan setiap hari. Contohnya:

Sisa makanan (nasi, sayur, kulit buah)

Ampas teh atau kopi

Daun-daun kering

Kulit telur

Kenapa Harus Dikelola?
Salah satu obrolan yang sering muncul setelah Lebaran adalah soal sampah rumah tangga yang numpuk. Banyak orang ngeluh karena petugas pengangkut sampah belum datang-datang. Sampah jadi numpuk, bau, dan mulai muncul belatung kecil-kecil, bahkan bisa tumbuh besar kalau didiemin. Nggak nyaman banget, kan?

Kalau kita bisa kelola sampah organik dari awal, banyak masalah bisa dihindari:

Nggak bau

Nggak mengundang lalat dan belatung

Bisa diubah jadi sesuatu yang bermanfaat: pakan ternak, pupuk, atau kompos

Jadi, ini bukan cuma soal “buang” tapi lebih ke “manfaatin yang udah ada supaya nggak jadi masalah”

Tulisan ini bukan panduan lengkap — ini baru langkah pertama: membangun kesadaran. Saya percaya, kalau kita udah mulai peduli sama apa yang kita buang, langkah berikutnya akan lebih ringan dijalanin. Soal teknis gimana cara ngelolanya, alat apa yang dibutuhin, dan metode apa yang paling cocok — insya Allah akan saya bahas di tulisan berikutnya.

Karena kadang perubahan besar itu dimulai dari hal kecil.
Dari kulit pisang di meja dapur, dari secuil nasi yang nggak dimakan.
Dari niat sederhana: “nggak mau buang-buang lagi.”

Sampai ketemu di tulisan selanjutnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *